Beras adalah salah satu bahan yang mempunyai susunan zat
makanan agak lengkap, disamping banyak mengandung karbohidrat, kadar protein
dan thiaminnya tinggi pula. Protein beras dibandingkan dengan protein teoritik
(reference protein) kekurangan akan asam amino esensiil tryptophane. Meskipun
demikian, asam amino lysine merupakan “ limiting amino acid “ secara fisiologik
karena lysine yang terdapat dalam kadar rendah, sebagian tidak dapat diserap
oleh tubuh (Soedarmo, 1977).
Pati adalah cadangan makanan utama pada tanaman. Senyawa
ini campuran dari dua polisakarida yaitu amilosa dan amilopektin, amilosa
terdiri dari 70-300 unit glukosa yang berikatan membentuk rantai lurus.
Kira-kira 20 % dari pati adalah amilosa. Sedangkan amilopektin terdiri
hingga 100000 unit yang berikatan membentuk struktur rantai bercabang. Bila
suspensi pati dalam air dipanaskan, terjadi perubahan yang dapat diamati.
Mula-mula suspensi pati yang keruh seperti susu mulai menjadi jernih pada suhu
tertentu, tergantung jenis pati yang digunakan (Buclle,1985).
Amilosa
merupakan komponen pati yang mempunyai rantai lurus larut dalam air. Umumnya
amilosa penyusun pati 17-20%. Terdiri dari satuan glukosa yang bergabung melalui
ikatan α(1,4) D glukosa. Amilosa mempunyai sifat alir dan daya kompresibilitas
yang baik. Sementara amilopektin merupakan komponen pati yang mempunyai rantai
bercabang, terdiri dari satuan α(1,6) D glukosa. Amilopektin tidak larut dalam
air tetapi larut dalam butanol dan bersifat kohesif sehingga sifat alir dan
kompresibilitasnya kurang baik (Anonim1, 2009)
Pada
beras terdapat zat amilosa dan amilopektin (keduanya molekul pati), dimana
kadar keduanya menentukan tekstur beras. Jika kadar amilosa tinggi, beras
menjadi keras dan nasi yang dihasilkan pera. Sebaliknya jika kadar amilopektin
tinggi, beras lengket dan nasi yang dihasilkan pulen.(Anonim2, 2009)
Beras dengan kadar amilosa tinggi bila dimasak, pengembangan volumenya dan
tidak mudah pecah, nasinya kering dan kurang empuk, serta menjadi keras bila
didinginkan. Betas dengan kadar amilosa rendah bila dimasak akan meng hasilkan
nasi yang basah dan lengket, sedangkan beras dengan kadar amilosa menengah
menghasilkan nasi yang agak basah dan tidak menjadi keras bila didinginkan. Perbandingan
antara amilosa dan amilopektin dapat menentukan tekstur pera atau tidaknya
nasi, cepat atau tidaknya mengeras, dan lengket atau tidaknya nasi. Beras
berkadar amilosa sedang disukai oleh bangsa Filipina dan Indonesia. Beras
dengan kadar amilosa rendah (amilopektin tinggi) sangat disukai oleh masyarakat
Jepang, Cina, dan Korea. Makin
tinggi kadar amilosa dalam beras, makin keras dan pera nasi yang dihasilkan.
Sebaliknya, makin tinggi kadar amilopektin beras, makin pulen dan lengket nasi
yang dihasilkan. (Anonim3, 2009)
Peranan perbandingan amilosa dan amilopektin terlihat
pada jenis serealia, contohnya pada beras. Semakin kecil kandungan amilosa atau
semakin tinggi kandungan amilopektinnya, semakin lekat nasi tersebut. Beras
ketan praktis tidak ada amilosanya (1-2%), sedang beras yang mengandung amilosa
lebih besar dari 2 % disebut beras biasa atau beras bukan ketan. Berdasarkan
kandungan amilosanya beras dapat dibagi menjadi empat golongan yaitu : beras
dengan amilosa tinggi (25-33 %); beras dengan kadar amilosa menengah (20-25
%);beras dengan kadar amilosa rendah (9-20 %); dan beras dengan kadar amilosa
sangat rendah <9 % (Abdul, 2001).
Tepung tapioka adalah salah satu olahan dari singkong.
Dalam bentuk umbi, tepung tapioka lazim juga disebut tapung aci yang umumnya
berbentuk butiran pati yang banyak terdapat dalam sel umbi singkong, dengan
cara memisahkan komponen sel pati ini dengan komponen lainnya diperoleh tepung
tapioka ( Tjokroadi, 1986).
Sebagian besar butir beras terdiri dari karbohidrat
jenis pati. Hampir 90% dari berat kering adalah pati yang terdapat dalam bentuk
granula. Pati beras terbentuk oleh 2 jenis molekul polisakarida yang
masing-masing merupakan polimer dari glukosa. Kedua pembentuk pati tersebut adalah
amilosa dan amilopektin. Berdasarkan kandungan amilosanya, beras dibagi menjadi
empat golongan yaitu ketan (2-9%), beras beramilosa rendah (9-20%), beras
beramilosa sedang (20-25) dan beramilosa tinggi (25-33%). Beras pecah kulit
rata-rata mengandung 8% protein sedangkan beras giling mengandung 7% dibanding
dengan biji-bijian lainnya, kualitas protein beras lebih baik karena kandungan
lisinnya lebih tinggi. Walaupun demikian lisin tetap merupakan asam amino
pembatas yang utama (terkecil jumlahnya) dalam beras (Harold, 1983).
Pati yang berikatan dengan iodin akan menghasilkan
warna biru. Sifat ini dapat digunakan untuk menganalisis adanya pati. Hal ini
disebabkan oleh struktur molekul pati yang berbentuk spiral, sehingga akan
mengikat molekul iodin dan terbentuklah warna biru. Bila pati dipanaskan maka
spiral merenggang, molekul-molekul iodin terlepas sehingga menyebabkan warna
biru menghilang atau berkurang. Beberapa molekul pati, khususnya amilosa yang
dapat terdispersi dalam air panas akan meningkatkan granula-granula yang
membengkak dan akan masuk kedalam cairan-cairan disekitarnya, karena itu pasta
pati yang sudah mengalami gelatinisasi terdiri dari granula-granula yang
membengkak tersuspensi dalam air panas dan molekul-molekul amilosa yang
terdispersi dalam air panas dan molekul-molekul amilosa yang terdispersi dalam
air. Karena itu dalam kondisi panas, pasti masih memiliki kemampuan untuk
mengalir yang fleksibel dan tidak kaku (Fesendenand, 1999).
Pati terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan
dengan air panas, fraksi yang terlarut disebut amilosa dan fraksi yang tidak
larut disebut amilopektin. Amilosa disebut polimer linier dari a D-glukosa yang dihubungkan secara 1,4’. Tidak seperti
amilosa, amilopektin bercabang sehingga terdapat satu glukosa ujung kira-kira
tiap 2,5 satuan glukosa (Hamid, 2001).
METODE PRAKTIKUM
1. Alat
a.
Labu
takar 100 ml 2 buah
b.
Pipet 1ml 2
buah
c.
Pipet 10 ml 1
buah
d.
Neraca analitik 1 buah
e.
Spektrofotometer 1 buah
f.
Tabung reaksi 2
buah
g.
Kompor listrik 1
buah
h.
Water bath 1
buah
2. Bahan
a.
Tepung
beras
b.
Tepung
ketan
c.
Tepung
tapioka
d.
Tepung
maizena
e.
Ethanol
95%
f.
Larutan
NaOH
g.
Larutan Iod
h.
Asam asetat

Pembahasan
Tepung
adalah bahan hasil pertanian yang memiliki kandungan bahan/dalam tepung yaitu amilosa dan
amilopektin. Kedua kandungan tersebut biasanya mempengaruhi hasil olahan dari
tepung, karena kandungan tersebut mempengaruhi keras/lunak, pulen/pera,
lengket/tidaknya hasil olahan dari bahan tersebut. Penentuan kadar amilosa berguna
untuk mengetahui komposisi amilosa dan amilopektin yang mempengaruhi sifat
kepulenan dan tekstur. Sehingga dapat dibandingkan kandungan amilosa dan
amilopektin dari berbagai jenis tepung tersebut. Pada pati
terdiri dari dua fraksi yaitu fraksi amilosa dan amilopektin. Jika kadar amilosa tinggi, beras
menjadi keras dan nasi yang dihasilkan pera. Sebaliknya jika
kadar amilopektin tinggi, beras lengket dan nasi yang dihasilkan pulen.
Pada praktikum penentuan kadar amilosa beras ini
sample yang digunakan yaitu tepung terigu, tepung tapioka, tepung beras dan
tepung maizena. Dalam pembuatan kurva standar amilosa, bahannya menggunakan
amilosa murni ditambah 1 ml etanol 95 % dan 9 ml NaOH 1N yang kemudian
dipanaskan dalam air mendidih selama 5-10 menit. Tujuan dari pemanasan ini
adalah untuk memisahkan granula-granula pati dari bagian yang tidak larut,
sehingga air yang ada diluar dapat masuk kedalam butir-butir pati dan terjadi
translasi yaitu indeks refraksi air. Sehingga pada waktu penambahan aquades
sampai tanda tera, dapat membentuk larutan yang homogen. Larutan tersebut
diencerkan lagi dengan penambahan asam asetat 1N dan 2ml iod. Kemudian diukur
absorbansinya pada panjang gelombang 625 nm
Dari hasil pengukuran absorbansi amilosa digunakan
untuk mencari persamaan garis regresi yang digunakan untuk mencari kadar
amilosa dari masing-masing tepung. Persamaan yang diperoleh y: 0,0018x-0,1465
besarnya absorbansi tepung terigu 0,129, tepung tapioka 0,226, tepung beras
0,189, tepung maizena 0,192. Besarnya kadar amilosa dipengaruhi oleh nilai x
sample, berat sample dan faktor pengenceran. Besarnya faktor pengenceran
diperoleh dari proses pengenceran yang menyatakan 1 mg sampel/ ml dengan proses
pelarutan yang homogen.. Dari hasil perhitungan diperoleh kadar amilosa tepung
terigu adalah 17,366%, tepung tapioka 30,608%, tepung beras 25,56% dan tepung
maizena 25,97%.
Kadar amilosa tertinggi adalah tepung tapioka,
tepung maizena, tepung beras sedang kadar amilosa yang paling rendah adalah
tepung terigu. Semakin rendah kandungan amilosa berarti kandungan amilopektinnya
semakin tinggi dan tepung itu akan lengket. Semakin besar kadar amilosa semakin
besar pula absorbansinya. Kadar amilosa juga dapat dilihat dari warna sampel
hasil pengenceran yaitu semakin gelap warna pengenceran maka konsentrasi
amilosanya semakin tinggi dan absorbansinya semakin tinggi juga.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul,
H. 2001. Biokimia : Metabolisme Biomolekul. Alfabeta. Bandung.
Anonim1,
2009. Amilosa dan Amilopektin. http://www.deptan.go.id
Diakses pada tanggal 29 April 2009
Anonim2,
2009. Amilosa pada Beras. http://www.ayahbunda/com Diakses pada tanggal
29 April 2009
Anonim3,
2009. Kadar Amilosa. http://www.depkes.go.id
Diakses pada tanggal 29 April 2009
Buclle,
K.A, 1985. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta.
Fesendenand,
J., Fesenden.1999. Kimia Organik Edisi ketiga. Erlangga. Jakarta
Hamid,
Abdul. 2001. Biokimia Metabolisme Biomolekul. Penerbit Alfabeta. Bandung
Harold,
H.1983. Kimia Organik : Suatu Kuliah Singkat Edisi Keenam. Erlangga. Jakarta.
Tjokroadi,
K dan P. Soebijanto.1986. HFS dan Industri Ubi Kayu lainnya. PT.Gramedia. Jakarta.
Posting Komentar
0Komentar