Peran N dalam Tanaman
Nitrogen adalah hara utama tanaman, merupakan komponen dari asam amino, asam nukleid, nudeotides, klorofil, enzim, dan hormon. N mendorong per tumbuhan tanaman yang cepat dan memperbaiki tingkat hasil dan kualitas gabah melalui peningkatan jumlah anakan, pengembangan luas daun, pembentukan gabah, pengisian gabah, dan sintesis protein. N sangat mobil di dalam tanaman dan tanah.
Aplikasi Pupuk N pada Padi
N merupakan elemen pembatas pada hampir semua jenis tanah. Oleh karenanya pemberian pupuk N yang tepat sangat penting untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman, khususnya dalam system pertanian intensif. Kekurangan/atau pengelolaan N yang tidak sesuai akan berakibat buruk pada tanaman dan lingkungan. Strategi pengelolaan N yang optimal ditujukan pada keserasian pemberian pupuk N dengan kebutuhan aktual tanaman, sehingga serapan tanaman terhadap N maksimal dan mengurangi kehilangan N ke udara.
Pengelolaan N
Gejala kekurangan N. Tanaman tumbuh kerdil, daun menguning dan jumlah anakan sedikit; hasil rendah karena jumlah malai per unit area dan jumlah gabah per malai lebih sedikit.
Terjadinya kekurangan N. Hampir semua jenis tanah kekurangan N; tanah masam dengan tekstur kasar (coarse) dan kandungan bahan organik rendah (kurang dari 0,5 % organik C); tanah masam, salin, drainase buruk, dan tanah kahat P dengan kapasitas mineralisasi N dan fiksasi biologis N rendah; kalkareous dan tanah salin dengan kadar bahan organik rendah serta berpotensi tinggi untuk terjadinya penguapan amonia.
Dosis aplikasi N. Pupuk anorganik merupakan sumber yang biasa digunakan mensuplai N, dan lebih menguntungkan petani dibandingkan menggunakan pupuk N organik. Sumber pupuk organik N tersedia di lahan pertanian seperti pupuk kandang dan kompos bisa efektif dan menarik secara finansial guna memenuhi kebutuhan padi.akan N. Berikan pupuk N anorganik 40-50 kg/ha untuk setiap kenaikan satu ton hasil dari tanpa pemberian N. Pada level hara optimum, tanaman padi (jerami + biji) menyerap sekitar 16 kg N per ton hasil gabah ( 10 kg N dalam gabah + 6 kg N dalam jerami).
Waktu pemberian N. Warna daun dan penampilan tanaman menunjukkan status N dan membantu menentukan kebutuhan akan pemupukan N. Lihat; i) Pengelolaan N berdasarkan Bagan Warna Daun (BWD=leaf color chart=LCC), dan ii) Split aplikasi N berdasarkan fase pertumbuhan dan BWD.
Sumber N
· Amonium sulfat (21 % N, 24 % S)
· Urea (46 % N)
· Diamonium fosfat atau DAP (18 % N; 44-46 % P2O5).
Aplikasi Terpisah
Efisiensi pemupukan N dapat ditingkatkan dengan memonitor warna daun pada selang waktu 7-10 hari dengan BWD dan N diberikan sesuai kebutuhan tanaman (lihat BWD). Alternatif aplikasi pemupukan N dengan pendekatan waktu pemberian disajikan berikut ini untuk kasus di mana petani tidak mungkin melakukan monitoring sawahnya dalam interval 7-10 hari.
Pola Pendekatan Aplikasi N Terpisah
Pola pendekatan terpisah memberikan anjuran total kebutuhan pupuk N (kg/ha) dan rencana pemecahan dan waktu aplikasi sesuai dengan tahapan pertumbuhan tanaman, varietas yang digunakan dan metode penumbuhan tanaman. Bagan Warna Daun (BWD) digunakan untuk pemupukan susulan tersendiri. Perkirakan kebutuhan total pupuk N dan buat pola pemecahan aplikasinya. Gunakan BWD pada tahap pertumbuhan tanaman kritis untuk menyesuaikan dosis N yang ditentukan sebelumnya.
Memperkirakan Kebutuhan Total Pupuk N
Buat plot pemupukan (F) di lahan petani (lihat Petakan plot omisi). Bandingkan hasil dari plot -F yang mewakili hasil dengan pembatas N dengan target hasil di lokasi tersebut, berdasarkan pengetahuan yang dimiliki untuk hasil yang dapat dicapai dengan antisipasi pengelolaan tanaman dan pemupukan. Beda antara hasil target dan hasil –N menunjukkan antisipasi tanggap tanaman padi terhadap pemupukan N. Tetapkan kebutuhan total pupuk N berdasarkan keperluan 40-50 kg N/ha yang merupakan antisipasi tanggap tanaman terhadap N. Prinsip umum respon 40 kg N/ton N sudah memadai pada musim dengan hasil tinggi dan 50 kg N/ton respon memadai pada musim dengan hasil rendah. Kebutuhan N tinggi 60 kg N/ton dijumpai pada kondisi pengelolaan N sub-optimal atau bila target hasil mendekati potensi hasil pada tanggap N rendah (<2 t/ha).
Penggunaan BWD
Gunakan nilai BWD kritis untuk menyesuaikan dosis N terpisah berdasarkan kebutuhan dan status N tanaman. Sebagai contoh, bila 30±10 kg N/ha dianjurkan untuk fase pertumbuhan tertentu,
Berikan 40 kg N/ha, bila warna daun di bawah nilai kritis
Berikan dosis standar 30 kg N/ha bila warna daun sesuai nilai kritis
Tangguhkan pemberian pupuk dan berikan dosis kurang dari 20 kg N/ha bila warna daun di atas nilai kritis.
Padi tanam pindah Total pemupukan N (kg/ha)¹)
Waktu pemberian HST 40 80 120 160
Basal (sebelum tanam) - - - 20
Awal anakan 14-20 20 25 36 35
Medio anakan 20-35 - 25 40±10 45±10
Pembentukan malai 40-50 20 30 40±10 50±10
Heading - bunga pertama²) 60-70 (15-20)
Kisaran pupuk N 40 80 100-140 130-190
Tabela Total pemupukan N (kg/ha)¹
Waktu pemberian HST 40 80 120 160
Basal (sebelum tanam) 10-20 20 20-25 20-30 30-35
Medio anakan 25-35 20 25 35±10 45±10
Pembentukan malai 40-50 30 45±10 50±10
Heading - bunga pertama² 55-65 (15-20)
Kisaran pupuk N 40 75-80 80-130 105-1701.
1) Berikan 20 kg N/ha, bila hasil –F < 3t/ha. Kurangi dosis N
2) Opsi pada musim hasil tinggi, bila stand tanaman bagus dan cekaman hama rendah.
Merancang pola pemberian terpisah
Gunakan tabel di atas untuk membuat pola pemecahan pemberian pupuk N pada setiap domain pertumbuhan. Penyesuaian pada kondisi spesifik diperlukan dengan partisipasi petani setempat.
Posting Komentar
0Komentar